A. PENGANTAR
Pembahasan makalah ini lebih menitik beratkan kepada
sumber penulisan dari sebuah karya sejarah klasik islam. Disini, saya
menggunakan karya Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam untuk melihat rujukan dari sebuah
karya sejarah klasik islam. Menelaah sirah nabi berarti menempatkan sosok Nabi
sebagai pribadi yang unggul dalam attitute, perilaku, dan kebiasaan
beliau.
Sirah nabawiyah karya Ibnu Hisyam banyak mengguanakan
sumber seperti al-qur’an, al-hadis, syair, dan ungkapan dari orang-orang
masyhur. Hal ini tidak berlebihan, karena karya Ibnu Hisyam tidak bisa
dilepaskan dari karya Ibnu ishaq. Membaca karya ibnu Hisyam, berarti menelaah
sumber-sumber seperti berita masa lalu, syair, al-hadis dan al-qur’an akan
banyak ditemukan.
Ini bisa ditemukan dari fihris di bagian akhir
dari karya ibnu Hisyam. Dari sana, akan ditemukan kutipan atau sumber yang
digunakan ibnu Hisyam dalam menulis karya Sirah Nabawiyah-nya. Bahkan dalam Sirah
Nabawiyah, penulis sendiri dapat menyimpulkan, penulisan karya ibnu Hisyam
masuk dalam kategori penulisan ilmiyah modern.
B. Pengertian Bibliografi
Bibliografi berasal dari bahasa Yunani, biblion
dan graphein yang berarti buku dan menulis.[1] Bibliografi berarti
penulisan buku. Bibliografi adalah deskripsi buku yang mencakup pengarang,
judul, edisi, cetakan, kota penerbit, tahun terbit, nama penerbit, jumlah
halaman, ukuran bukun, dan ISBN. Bibliografi digunakan untuk mengetahui buku
atau pustaka yang pernah diterbitkan.[2]
Bibliografi memberikan deskripsi inti dari sebuah buku,
majalah, atau jurnal secara keseluruhan. Bibliografi memiliki padanan dengan
catatan kaki dalam hal penggunaan referensi yang digunakan untuk menunjukka
sumber dan pernyataan atau ucapan yang dikutip dalam sebuah teks. Oleh
karenanya, sebuah referensi harus menunjuk dengan tepat sumber pernyataan atau
kalimat yang dikutip dalam sebuah sumber tulisan. Dalam catatan kaki,
pengarang, judul buku, dan lain sebagainya, dicantumkan pula nomor halaman yang
dikutip dari sebuah pernyataan atau kalimat yang digunakan atua dibaca.
Dengan kata lain, bibliografi dapat berfungsi sebagai
deskripsi pelengkap dari catatan kaki. Maksudnya, jika pembaca ingin mengetahui
referensi yang terdapat dalam catatan kaki, ia dapat mencarinya dalam
bibliografi. Bibliografi dapat membantu dalam hal mendeskripsikan
keterangan-keterangan yang lengkap mengenai buku.
Dalam konteks ini, daftar pustaka memiliki tujuan untuk
mentabulasi atau mendaftar semua bacaan baik yang sudah dipublikasi seperti
buku, majalah, surat kabar, atau pustaka yang belum dipublikasikan, seperti
skripsi, tesis atau desertasi. Adanya bibliografi akanmembantu pembaca untuk
mengetahui sumber-sumber yang digunakan dalam penulisan karya ilmiyah tanpa
harus membaca sleuruh isi pustaka terelbih dahulu. Dari sini, pembaca akan
mampu menilai kualitas sebuah buku dari sumber yang digunakan.[3]
C. Kajian Bibliografi Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
1. Biografi Ibnu Hisyam
Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad Abdul Malik bin
Hisyam bin Ayyub Al-Himyari Al-Muafiri Al-Basri. Ia dilahirkan dan dibesarkan
di Bahsrah, kemudian pindah ke Mesir.
Ibnu Hisyam adalah ulama pengemban ilmu. Ibnu Hisyam
terkenal dalam bidang Nahwu, Nasab[4], dan sejarah.[5]. Kemahirannya dalam sastra arab membuatnya
dijuluki, an-Nahwiy (ahli nahwu).[6] Ia mempunyai buku tentang
nasab orang-orang Himyar dan raja-raja yang bernama Atwan. Buku tersebut ia
riwayatkan dari Wahb bin Munabbih.[7]
Ada perbedaan pendapat tentang kabilah Ibnu Hisyam, ada
yang mengatakan Ibnu Hisyam berasal dari Himyar, kabilah terkenal di Yaman dan
ada pula yang mengatakan Ibnu Hisyam bermarga al-Dzuhaili, kabilah yang
dinisbatkan pada Dzuhali Ibnu Syaiban.
Ibnu Hisyam meriwayatkan “Sirah Ibnu Ishaq dari seorang
ulama hafizh dan pandai yaitu Abu Muhammad Ziyad Ibnu Abdullah Ibnu Thufail
al-Buka’i Al-Amiri al-Kufi yang wafat pada tahun 183 H dan Ziyad dikenal
sebagai orang yang paling Itqam (baik) dalam meriwayatkan Sirah Ibnu Hisyam
tersebut. Adapun karya-karya Ibnu Hisyam adalah : Sirah al-Nabi Saw Ansab Hamir
wa Mulukiha kitab syarah terhadap syair-syair dan kitab Al-Tijan yang
menjelaskan tentang kisah-kisah para Nabi dan raja-raja Arab bagian selatan.
Dia adalah orang yang mengumpulkan sirah Nabi Saw dari
kitab Al-Maghzi dan sirah Ibnu Ishaq kemudian ia talkhish dan menjadi kitab
yang terkenal dengan nama sirah nabawiyah yang dimulai sejak Ismail Ibnu
Ibrahim dan berakhir pada kelahiran Nabi Muhammad perkembangan kerasulan,
hijrah, perang dan wafatnya. Kitab ini diberi syarah oleh beberapa ulama,
diantaranya Al-Suhail dalam kitab “al-raudl al-Anfi. Menurut al-Suyuthi. Bahwa
Ibnu hisyam ini mendengar sirah Nabi dari Al-Buka’i teman Ibnu Ishaq, kemudian
dilakukan revisi dan juga membuang sebagian syair-syairnya.[8]
Dalam menulis sejarah tersebut,
dia menyebut riwayat yang berhubungan dengan sirah yang diambil dari para muhaddisin
atau para rawi[9].
Sirah ini ditulis pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 H. Pada masa itu,
situasi kehidupan Islam tidak stabil karena ada pertikaian antara bani Umayyah
dengan Abbasiyyah, dan antara Abbasiyyah dengan musuh-musuhnya. Sedangkan
hadits Maudhu’i pada masa itu juga mengalami perkembangan yang pesat, ribuan bahkan
puluhan ribu. Ibnu Hisyam meninggal di Mesir
(Fusthath). Adapun tanggal wafatnya terjadi perselisihan dikalangan ulama. Ada
yang menyebutkan bahwa ia meninggal pada tanggal 13 Rabi al-Akhir 212 H, dan
ada yang menyebut pada tahun 213 H/834 M.[10]
2. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Kajian bibliiografi akan selalu berkaitan dengan teks dan
sumber buku. Kajian ini, saya memilih Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam.
Karya Sirah Nabawiyah ibnu Hisyam banyak
dianggap sebagai karya duplikasi dan ringkasan dari karya Ibnu Ishaq. Ibnu
Hisyam dianggap hanya men-tahqiq, men-tamhish, dan men-ta’liq sekaligus meringkas karya ibnu Ishaq.[11] Ibnu Hisyam menuliskan
riwayat yang tidak disebut oleh Ibnu Ishaq dalam kitab sirahnya. Ibu Hisyam
telah menyebut riwayat Ibnu Ishaq yang tidak menepati cita rasa ilmunya dan
yang dikritiknya.
Sirah
Nabawiyah karya Ibnu Hisyam
dianggap sebagai sumber Sirah Nabi
yang paling amanah, paling sahih. dan paling teliti.[12] Karya ibnu Hisyam
diterima banyak kalangan, sehingga orang-orang menisbatkan karyanya dengan nama
Ibnu Hisyam sendiri; Sirah Nabawiyah Li Ibn Hisyam.
Sebagai karya “duplikasi” atau ringkasa dari karya Ibnu
Ishaq. Ketakjuban akan karya ibnu Ishaq membuat Ibnu Hisyam bertekad untuk
merevisi dan menyebarkannya pada masyarakat muslim dengan bentuk yang baru.
Dengan kemampuannya, Ibnu Hisyam tidak serta merta menerima semua yang di tulis
Ibnu Ishaq.
Banyak hal yang tidak di setujuinya dalam tulisan Ibnu
Ishaq. Ini dapat di lihat dari perkataannya ketika menjelaskan metodenya dalam
merevisi buku ini :
Saya mengawali buku ini dengan cerita nabi Isma’il Ibnu Ibrohim, sebagai moyang nabi Muhammad, serta putra-putra Isma’il secara berurutan sehingga nasabnya sampai pada nabi Muhammad, dan dari tulisan Ibnu Ishaq ada yang saya hapus (tidak saya tulis lagi), yakni; cerita-cerita yang tidak ada hubungannya dengan nabi, dan cerita-cerita yang tidak menjadi Asbab al Nuzul dari turunnya ayat Al Qur’an atau tidak menjadi penjelasan atau bukti dari ayat Al Qur’an, hal ini saya lakukan agar lebih ringkas. Syi’ir yang di tulis Ibnu Ishaq namun tidak di kenal di kalangan ulama’ ahli syi’ir juga saya hapus”. Selain itu Ibnu Hisyam juga menyisipkan banyak tambahan yang dianggapnya penting sebagai penyempurna.[13]
Ibnu Khalqan berkata, “Ibnu Hisyam adalah orang yang
menghimpun Sirah Rasulullah dari buku Al-Maghazi dan buku As-Siyar karangan
Ibnu Ishaq. Ibnu Hisyam menyempurnakan kedua buku tersebut dan meringkasnya.
Buku itulah yang ada sekarang, dan yang lebih terkenal dengan nama Sirah Ibnu
Hisyam.[14]
Penulisan Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dengan
mengungkapkan biografi nabi Muhammad, terutama berkaitan dengan silsilah. Ibnu
Hisyam membuka karyanya dengan mengungkapkan silsilah keturunan Nabi Muhammad
hingga nabi Nabi Adam.[15] Ibnu Hisyam mengungkapkan
putra-putra Ismail berjumlah 12 orang[16] hingga masuk islamnya
umar.
3. Sumber Sirah Nabawiyah
Kitab sirah nabawiyah Ibnu Hisyam merupakan kitab
yang bisa dikatakan revisi dari karya Ibnu Ishaq dengan berbagai perbaikan yang
dianggap penting. Dalam beberapa bagian buku Sirah Nabawiyah, Ibnu
Hisyam banyak menggunakan kata “Ibnu Ishaq berkata”.[17]
Kitab sirah nabawiyah Ibnu Hisyam banyak
menggunakan sumber-sumber sebagai berikut;
- · Kitabullah (A1-Qur’an)
Penggunaan al-Qur’an sebagai rujukan kitab sirah
mengingat kehidupan menjadi bagian penting dalam sejarah kitab suci al-Qur’an.
Meminjam istilah Ahmad Wahib, sumber sejarah adalah al-Qur’an, Hadis dan
sejarah nabi.[18]
Dalam mengemukakan sirah nabawiyah, Al Qur’an menggunakan
dua metode utama; pertama, mengemukakan sebagian kejadian dari kehidupan
dan sirahnya. Metode ini diimplementasikan dengan ayat-ayat yang menjelaskan
tentang berbagai peperangan seperti Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq,
dan Perang Hunain. Juga pada ayat-ayat tentang perkawinan beliau dengan Zainab
binti Jahsi; kedua, mengomentari kasus dan peristiwa yang terjadi untuk
menjawab masalah, memberikan penjelasan, menarik perhatian kaum Muslimin dengan
pelajaran dan nasihat yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Misalnya ayat tentang tiga pertanyaan kaum
musyrik kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan jawaban dari Allah
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.[19]
Menggunakan al-Qur’an sebagai rujukan penulisan sejarha
merupakan sebuah langkah untuk melihat fragmen kehidupan Nabi dalam konteks
dakwah islamiyah.
- · Hadist-hadist terpilih
Kitab hadis yang menjadi rujukan dalam sirah nabawiyah
adalah kitab hadis syarifah, hadis yang banyak diriwayatkan oleh para muhaddisin.
Hadis yang digunakan dalam rujukan kitab sirah nabawiyah berupa kitab hadis
historis.[20]
Sejarah islam memang tidak pernah lepas dari kebangkitan disiplin hadis.
Materi hadis telah menjadi ladang informasi yang kaya
dalam penulisan sejarah al-naghazi, sirah, asma al-rijal dan lain sebagainya.[21] Dalam konteks penulisan
Sirah Nabawiyab Ibnu Hisyam, hadis menjadi bagian sumber dari penulisan,
terutama dari hadis-hadis yang syarifah. Hal ini bisa dilihat bagaimana
Ibnu Hisyam mengutip hadis dalam kitab sirah nabawiyah-nya.[22]
Dalam penulisan sejarah awal, seperti halnya dalam
penulisan hadits, para sejerawan menggunakan metode isnad dalam penulisannya
dan penggunaan metode kronologis dalam karya biografis juga mempengaruhi metode
historiografi awal Islam. Metode isnad dalam sejarah biografi dan maghazi
sangat jelas terlihat pada penulis sejarah generasi pertama.
- · Syair-syair terkenal
Sebagai karya duplikasi dari Ibnu Ishaq, karya Sirah
Nabawiyah Ibnu Hisyam pun menggunakan syair-syair dalam sumber penulisannya,
terutama syair yang muncul dalam peperangan atau dalam kejadian-kejadian yang
lain. Hanya saja, Ibnu Hisyam telah mengedit syair tersebut dan menyempurnakan
sesuai dengan kebutuhan penulisan sejarah yang lebih baik. Berikut penjelasan
Ibnu Hisyam;
“................................dari tulisan Ibnu Ishaq ada yang saya hapus (tidak saya tulis lagi), yakni; cerita-cerita yang tidak ada hubungannya dengan nabi, dan cerita-cerita yang tidak menjadi Asbab al Nuzul dari turunnya ayat Al Qur’an atau tidak menjadi penjelasan / bukti dari ayat Al Qur’an, hal ini saya lakukan agar lebih ringkas. Syi’ir yang di tulis Ibnu Ishaq namun tidak di kenal di kalangan ulama’ ahli syi’ir juga saya hapus”.[23]
- · Biografi ulama terkenal
4. Metode Penulisan Sirah Nabawiyah
Metode penulisan sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam lebih
mengarah pada penulisan hadis, yaitu riwayat.[24] Dikatakan menggunakan
riwayat, karena Ibnu Hisyam telah mengedit sumber-sumber yang digunakan Ibnu
Ishaq dalam al-Mubtada’, terutama berkaitan dengan sumber-sumber yang
dianggap tidak valid, baik berkaitan dengan berita, hadis, atau syair-syair
orang terkenal.
Proses edit dan penyempurnaan yang dilakukan Ibnu Hisyam
dapat dikatakan sebagai upaya untuk lebih menyajikan sirah nabawiyah yang lebih
valid dan jauh dari kritikan sumber.
Karya Ibnu Hisyam yang sudah diedit dengan membuang
riwayat yang lemah khususnya yang berkenaan dengan bagian "permulaan"
yang menguraikan sejarah Zaman jahiliyah yang berlangsung sejak penciptaan alam
semesta. Ia juga mebuang syair-syair dan merombak metodenya sehingga lebih
dekat dengan metode para ahli hadits.[25]
Ibnu Hisyam berusaha menghubungkan suatu informasi
sejarah (riwayat) dengan sumber-sumbernya, yang menurut ukuran sekarang, bisa
dipandang memenuhi ideal penelitian historis dan ketelitian ilmiah. Oleh
karenanya, beberapa sumber yang terdapat dalam karya ibnu Ishaq dibuang oleh
Ibnu Hisyam demi kepentingan validitas sumber sejarah. Ibaratnya, karya Ibnu
Ishaq hanya menjadi inspirasi bagi Ibnu Hisyam untuk menilai validitas,
orisinilitas data, dan kebenaran kebenaran sumber yang telah terjadi di masa
lalu.
PENUTUP
Karya Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam merupakan karya
biografi nabi Muhammad yang memiliki kevalidan dan orisinilitas sumber dalam
penulisannya. Dikatakan demikian, karena Ibnu Hisyam secara teliti menelaah dan
mengedit karya-karya sebelumnya yang menggunakan sumber tidak terkenal di
kalangan ulama.
Sumber yang digunakan ibnu Hisyam dalam penulisan
sejarahnya, berupa al-Qur’an, Al-Hadis As-Syarifah, syair-syair terkenal
dan dari berita alim ulama. Ibnu Hisyam menuliskan karyanya dengan menggunakan
metode periwayatan laiknya penulisan hadis. Metode periwayatan ini ditemukan
dengan banyaknya penggunaan, haddatsana/haddatsani, Qala dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Wahid, Pergolakan Pemikiran Islam, Jakarta :
LP2ES, 2007
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer, Jakarta
; Gramedia, 2002
Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Beirut ; Dar
al-Kitab, 1981
http://gracemoondanz1509.blogspot.com
wikipedia.org
http://islamtradisionalis.wordpress.com
http://ibh3.wordpress.com/
http://syafieh74.blogspot.com
http://www.fimadani.com
0 Comment "KAJIAN BIBLIOGRAFIS DALAM HISTORIOGRAFI ISLAM KLASIK (Bibliografi Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam)"
Posting Komentar