ANDAI SAYA KAYA, MASIHKAH BERTAHAN


Keinginan kita untuk berkerja keras selaras dengan keadaan kita. Keinginan untuk membuktikan sesuatu, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarga menuntun orang melakukan sesuatu sampai batas kemampuan dirinya. Ia rela melakukan apa pun demi mencapai sesuatu yang ia sebut sebuah harapan. Walau, apa yang disebut dengan “pembuktian” tidak harus dilakukan dengan over antusias, karena bagi yang menikmati proses, tak pernah ada kata “pembuktian”, yang ada, hanyalah pelajaran dan makna dalam setiap detik perjalannya.

Harapan memang menjanjikan sebuah optimisme. Kita bekerja keras sekuat tenaga karena ada harapan yang kita selipkan dibalik sebuah pekerjaan itu. Entah, harapan itu sesuai dengan keinginan kita, atau harapan itu hanya sebatas harapan semata.

Hidup memang tidak pernah baik-baik saja, sampai kita benar-benar menjalani kehidupan itu. Kenyataan memang lebih nyata dari apa pun yang kita pikirkan atau diceritakan oleh orang lain. Kita selalu membayangkan kehidupan yang penuh kebahagiaan, tetapi kenyataan justru tak seindah apa yang kita bayangkan atau kita pikirkan.

Kadang, kita perlu untuk tidak mempercayai setiap orang. Bukan dengan mencurigai atau beranggapan buruk. Tetapi, dengan bersikap dan menganggap biasa saja. Hingga, saatnya kita benar-benar tahu kenyataan dalam hidup. Apa yang dialami orang lain dan diceritakan kepada kita sebagai pengalaman tak akan benar-benar terjadi kepada kita. Itu hanyalah gambaran tentang hidup mereka. Kita akan menghadapi waktu dan kondisi yang berbeda. Cerita pengalaman orang hanyalah gambaran dan bahan renungan buat kita. Kita tak perlu terjebak dalam kubangan cerita orang lain.

Setiap orang punya masa lalunya sendiri. Setiap orang punya pengalamannya sendiri. Bercerita tentang pengalaman, entah baik atau buruk, bukan untuk menarik simpati atau empati, tetapi lebih untuk dapat saling memahami, bahwa setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda dan tidak perlu saling ngoyo untuk memaksakan kehendaknya sendiri.

Ada yang romantis dengan masa lalu. Ada yang bergerak meninggalkan masa lalu. Ada pula yang menjadikan masa lalu sebagai renungan untuk bergerak. Berada di posisi mana kita, tergantung bagaimana kita memaknai hidup dan tergantung bagaimana kita menjalani sebuah proses dalam kehidupan.

Bagi saya, masa lalu adalah renungan dalam menjalani kehidupan hari ini, entah sekeras apa pun hidup itu. Anggaplah, hidup itu tidak pernah baik-baik saja. Anggaplah setiap orang biasa saja, hingga akhirnya kau benar-benar menjalani kehidupan yang begitu nyata, dan hingga kita benar-benar tau, orang itu seperti apa.

Saat kita tahu, seperti apa orang itu, kita akan bisa mengukur, bagaimana harus bersikap kepadanya. Ada yang semakin kenal, semakin dekat. Tetapi, ada pula yang semakin kenal, justru akan mengambil jarak. Bukan karena ingin menjauh, tetapi agar tidak terjadi sesuatu yang menyakitkan hati.

malangtimes.com
Dalam hidup, kita berhadapan dengan manusia dengan berbagai wataknya. Sementara, kita punya pengalaman masa lalu yang dapat membangkitkan sisi terdalam dalam diri manusia; rasa sakit, kecewa dan ketakutan. Ada yang punya kehidupan keras di masa lalunya, tetapi ia mudah sekali menangis untuk hal sederhana. Ada pula, yang punya kehidupan normal, ia justru kuat dihantam badai.

Bagiku, itu tergantung bagaimana sisi terdalam dalam diri itu dibangkitkan atau bangkit. Orang mudah sekali tersinggung, jika membahas soal harta dan jabatan. Saya termasuk orang yang sangat takut berhadapan dengan orang kaya dan punya jabatan. Ya, pengalaman masa lalu, betapa orang kaya itu terlalu angkuh. 

Orang yang punya jabatan itu pun terlalu jaim untukku. Bagiku, mereka itu akan mudah menganggap sebelah mata orang lain, jika tak sejalan dengan keinginan mereka. Bagiku, orang kaya dan punya jabatan, selalu ingin didengar dan harus dituruti. Jika saya hidup bersama mereka, saya harus mengambil jarak terlebih dahulu, sampai akhirnya saya bisa mengukur, bagaimana harus bersikap terhadap mereka; bertahan dengan mereka atau pergi meninggal mereka.

0 Comment "ANDAI SAYA KAYA, MASIHKAH BERTAHAN"